PENCEMARAN LINGKUNGAN
Kelas
: X-A
SMA
Negeri 11 Samarinda
Tahun
Ajaran 2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sampah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita
konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari
‘pengelolaan’ gaya
hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa
kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak
hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor
individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Bandung
merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah. Beberapa titik di Kota
Bandung telah membuktikan bahwa fenomena sampah di negeri ini sukar untuk di
hilangkan. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama kalau saja setiap orang
sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti akan dampak yang
ditimbulkan dari sampah ini. Perlu diketahui juga bahwa sampah ini ada dua
jenis yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah
anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat
terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering,
seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi
secara alami.
Sekarang
pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Dan hal inilah
yang melatar belakangi kami menulis makalah bertemakan Masalah Pencemaran
Lingkungan ( Sampah ). Untuk menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di
Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Alasan kami mengambil tempat di UPI karena di daerah ini juga terlihat
adanya sampah yang bertebaran dimana-mana dan banyak sekali sampah yang
menumpuk dan juga minimnya tempat sampah. Dari sini kami ingin melihat lebih
dalam mengenai permasalahan sampah di kampus UPI ini.
B.
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Ketika
kami jalan-jalan di sekitar kampus UPI kami melihat gejala yang sangat
memprihatinkan di sekitar kampus UPI, yaitu salah satu kampus pendidikan yang
ternyata di dalam kampus ini masih ada bertebarannya sampah-sampah. Dari sini
kami mempunyai beberapa permasalahan yang ingin kami temukan penyelesaian
masalahnya.
Permasalahannya diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaiaman
keadaan kebersihan di sekitar kampus UPI ?
2.
Apa yang
menjadi faktor penyebab bertebarannya sampah di sekitar kampus UPI ?
3.
Bagaimana
peranan mahasiswa UPI dalam mengatasi sampah di sekitar kampus UPI ?
C.
Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini kami menggunakan pendekatan Multi aspek/multi dimensi.
Kami melihat beberap gejala yang mungkin menjadi pemicu terjadinya permasalahan
yang melanda objek penelitian. Metode pemecaha
n masalah yang kami gunakan yaitu Metode Kuantitatif dengan menyebarkan Angket kepada para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kami mengambil sampel sebanyak 80 responden dari berbagai jurusan di UPI.. dan juga observasi langsung. Selain itu kami pun melakukan studi kepustakaan untuk menambah khazanah pengetahuan kami dan juga guna menunjang pemecahan masalah yang kami miliki.
n masalah yang kami gunakan yaitu Metode Kuantitatif dengan menyebarkan Angket kepada para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kami mengambil sampel sebanyak 80 responden dari berbagai jurusan di UPI.. dan juga observasi langsung. Selain itu kami pun melakukan studi kepustakaan untuk menambah khazanah pengetahuan kami dan juga guna menunjang pemecahan masalah yang kami miliki.
D.
Sistematika Makalah
Sistematika
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang masalah
1.2 Identifikasi
Masalah dan Rumusan Masalah
1.3 Pendekatan
dan Metode pemecahan masalah
1.4 Sistematika
penulisan
BAB II LANDASAN
TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia
merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh Al-Khalik penciptanya. Makhluk
hidup yang namanya manusia, baru dilahirkan sekitar satu atau dua juta tahun
tahun yang lampau setelah segala sumber daya tersedia dan setelah ruang bumi
ini tercipta. Dalam Buku Manusia Dalam
Konteks Sosial Budaya dan Teknologi Karya Prof. Dr H. Nursid Sumaatmadja
disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling
mempengaruhi. Kadar saling pengaruh mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi
tingkat berbagai penguasaan teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan
alam di dunia ini sangatlah bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar
yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di sini terlihat bahwa manusia
merupakan komponen biotik lingkungan
yang paling aktif. Karena manusia secara aktif dapat mengelola dan mengubah
ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan
bermacam-macam gejala.
Manusia
mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam Hidupnya dari Lingkungan. Makin
tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya yang diambil
dari Lingkungan. Maka berarti semakin besar perhatian manusia terhadap
Lingkungan. Manusia merupakan Makhluk paling aktif dalam mengubah tatanan pada
Lingkungan. Manusia bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, karena perbuatan
manusialah Lingkungan menjadi berubah dan kadang menjadi marah karena
dirusaknya Lingkungan. Hubungna manusia dengan Lingkungan memang sudah tidak
dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang Manusia bergantung kepada alam dan ada
juga Alam yang bergantung pada manusia.
B.
EKOSISTEM
Yang
dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan dimana manusia merupakan bagian integral dari ekosistem tempat
hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu komunitas Biota yang berinteraksi dengan
Lingkungan fisiknya dan saling pengaruh mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri
dari bagian-bagian dnegan fugnsi-fungsi tertentunya. Dan untuk menunjang
fungsi-fungsinya itu dioperlukan sumber energi. Setiap species menyesuaikan
diri dengan tugas tertentu dalam ekosistem dan berfungsinya ekosistem
bergantung kepada adanya kombinasi spesies yang sesuai dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu di dalam seluruh system.
Peranan
manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab Lingkungan hidup masnuia tidak hanya
terbatas pada sarana fisik kimia dan biologis saja tetapi termasuk pula di
dalamnya persoalan ekonomi, sosio budaya dan agama. Segala macam perubahan
dalam lingkungan hidup manuisa, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
dirinya.
Manusia
merupakan bagian intergral dari ekosistem maka apabila struktur dan sifat
fungsional ekosistem rusak, akan mengakibatkan penderitaan pada manusia itu
sendiri. Dengan perkataan lain, bila itu terjadi maka keseimbangan ekologi akan
terganggu dengan akibat penderitaan pada manusia itu sendiri.
C.
EKOLOGI
Tokoh
yang berjasa mengangkat ekologi menjadi kajian yang bermakna adalah Ernest
Haeckel (1866) seorang pakar biologi Jerman. Semula ekologi ini hanyalah
merupakan subdisiplin Biologi. Namun pada perkembangan dewasa ini, ekologi itu
dapat dikatakan menjadi kajian bidang mandiri. Ekologi itu berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu kata Oikos yang berarti Rumah atau tempat tinggal
dan logos yang berarti studi atau telaah. Jadi secara harfiah ekologi itu
berarti studi atau telaah tentang organisme di tempat tinggalnya. Secara lebih
formal, ekologi itu berarti studi atau telaah tentang struktur atau fungsi alam
atau studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor
fisikal serta biological yang membentuk lingkunganya.
Organisme,
Living organism, makhluk hidup
Yang
diartikan organisme atau makhluk hidup pada konsep ekologi yaitu tumbuhan dan
hewan. Dalam hal ini manusia termasuk kedalam kelompok hewan. Namun demikian
karena manusia lebih cocok masuk kedalam kelompok hewan namun memiliki
keistimewaan tersendiri, pembahasannya dikhususkan pada telaah ekologi manusia
(human ecology).
Lingkungan, environment
Ehlich
& Ehrlich dan Holdren (1973:4) mengemukakan, The environment is the unique
skin of soil, water, geseos atmosphere, mineral nutrient and organism that
covers this otherwise undistinguished planet. Dalam Undang-undang Indonesia
Nomor 4 Tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I
Pasal 1 dirumuskan : Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya ,
keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.
D.
POLUSI
Yang
dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta
ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Terjadinya polusi atau
pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat aktifitas manusia yang
berlebihan dan tidak terkontrol yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah,
air dan udara. Yang akibatnya akan mengancam kelestarian Lingkungan.
Mengenai polutan dapat digolongkan kdalam dua
hal yakni :
1.
Yang
bersifat kualitatif
Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang alamiah
telah terdapat di dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyak
sehinggga mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena
bencana alam dan karena perbuatan manusia, contoh polutan misalnya unsur
nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
2.
Yang bersfat
kuantitatif
Terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat
berlangsungnya persenyawaan yang dibuat secara sintesis seperti, pestisida
detergen dan lain-lan. Umumnya polusi lingkungan ditunjukan kepada
faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan dan
faktor-faktor kimia seperti debu, uap, gas, larutan, awan, kabut, sosioekonomi
dan kultur.
Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran
terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya
perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis
sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta
organisme lainnya. Bahan pencemaran itu disebut dengan polutan.
Menurut WHO,
ditetapkan empat tahap pencemaran yaitu :
1.
pencemaran
tingkat pertama
pencemaran
yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari zat
pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2.
Pencemaran
tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi
ringan pada pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan
pada komponen ekosistem lainnya.
3.
Pencemaran
tingkat ketiga
Pencemaran
yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menimbulkan sakit yang
kronis.
4.
pencemaran
tingkat keempat
pencemaran
yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam lingkungan karena kadar
zat pencemaran terlalu tinggi.
E.
SAMPAH
Sampah
adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,
industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak
berbahaya (non hazardous). Soewedo (1983) menyatakan
bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan
komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Sampah Organik, yaitu sampah yang
mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.
Sampah Anorganik, yaitu sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah
ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
Di
negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik,
sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Salah
satu sumber Menyebutkan tentang Sampah yaitu :
Pemusnahan
sampah
Beberapa cara pemusnahan sampah
yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :
a.
Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak
dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena
berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran
dan sumber penyakit dana badan-badan air.
b.
Pengkomposan.
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana
dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c.
Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah
yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari
pencemarn asap, bau dan kebakaran.
d. "Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan pemupukan,
tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini
memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Pemanfaatan Sampah
1.
Sampah basah :
Kompos dan makanan ternak
2.
Sampah kering :
Dipakai kembali dan daur ulang
3.
Sampah kertas :
Daur Ulang
Daur ulang
Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang
:
1.
Botol Bekas
wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang
berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2.
Kertas,
terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang
berlapis minyak.
3.
Aluminium
bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4.
Besi bekas
rangka meja, besi rangka beton dll
5.
Plastik
bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6.
Sampah basah
dapat diolah menjadi kompos.
Manfaat pengelolaan sampah
1.
Mengehemat
sumber daya alam
2.
Mengehemat
Energi
3.
Mengurangi
uang belanja
4.
Menghemat
lahan TPA
5.
Lingkungan
asri (bersih,sehat,nyaman)
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Keadaan Kebersihan Di sekitar Kampus UPI
Universitas
Pendidikan Indonesia
merupakan salah satu Universitas yang masuk kedalam 10 Universitas terbaik di Indonesia .
Sudah selayaknya kampus ini baik dalam berbagai hal, baik itu pendidikan,
lingkungan dan kesehatannya. Namun tidak disangka ternyata kampus yang
merupakan kampus terbaik ini ternyata kotor dan kurang sehat keadaan
lingkungannya. Pembangunan yang sedang dilakukan turut mempengaruhi kotornya
keadaan lingkungan UPI saat ini.
Sekilas
kalau kita lihat keadaan lingkungan UPI ini itu bersih namun kalau kita lihat
lebih kedalamnya, kesudut-sudut UPI, di dalam kelas, got-got dan
belakang-belakang kampus bertebaran sampah dan bahkan menumpuk. Sebenarnya apa
yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kurang sigapnya para petugas kebersihan
UPI ataukah para penghuni UPI yang kurang tanggap akan hal ini. Setelah kami
meneliti dan kami menyebarkan angket yang isinya menanyakan kebersihan
Lingkungan UPI dan harapan yang diinginkan Mahasiswa terhadap Lingkungan UPI
jawaban mereka adalah 93,6 % menjawab lingkungan UPI jelek alasannya adalah tidak
banyak tersedianya tempat sampah. Seharusnya tempat sampah tersedia diberbagai
sudut sekarang ini hanya beberapa saja. Ketika para mahasiswa ini ingin
membuang sampah pada tempatnya dan ditempat itu tidak ada tempat sampah mereka
malah menyimpan dan membuangnya di bawah pohon dan di got-got ada juga yang
menyimpannya sementara di dalam tas mereka dan bahkan ada yang memasukan sampah
ke dalam sela-sela kursi di dalam kelas.
Memang
keadaan ini sangat memprihatinkan, kalau saja sarana itu menunjang pastilah
keadaan UPI tidak seperti sekarang ini. Keadaan yang kotor dan bau. Tidak hanya
sampah yang menjadi fenomena di UPI ini hal lain yang sangat nampak adalah
tidak terawatnya WC. WC yang ada di UPI sangat tidak layak, bau dan kotor.
Sebagai contoh kami melakukan Inspeksi mendadak kedalam kamar mandi yang ada di
FPIPS, Perpustakaan, UPINET dan Gymnasium ternyata sangat Bau dan kotor. dan di
dalamnya pun tidak terlewatkan sampah bertebaran. Kenapa sampah lagi sampah
lagi? Ternyata jawabanya adalah di kamar mandi pun tidak ada tempat sampah.
Seandainya ada tempat sampah pasti tidak akan berceceran yang namanya tisu,
puntung rokok, pembalut dll.
Sungguh
memprihatinkan keadaan Lingkungan yang yang ada di UPI ini sebagai Universitas
Pendidikan yang seharusnya menjaga kesehatan lingkungan malah kotor dan bau.
Bagaimana mau menciptakan Kota Bandung yang bersih kalau lingkungan kampusnya
saja kotor dan banyak sampah. Memang tidak satu faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi banyak faktor yang menjadi kendala, selain yang telah disebutkan diatas
tadi faktor lainnya adalah kurang adanya partisifasi aktif dari mahasiswa untuk
menangani hal ini. Belum terlihat banyak Jurusan atau bahkan Himpunan yang
bersedia membuat tempat sampah.
B.
Faktor-Faktor
Bertebarannya Sampah di UPI.
Sudah
tidak bisa dipungkiri lagi kebersihan lingkunga UPI sekarang sudak
terkontaminasi oleh masalah sampah dan kotoran lainnya yang menyebabkan
lingkungan UPI menjadi kotor dan tidak terawat. Hal didorong oleh banyak hal
diantaranya adalah :
1.
Kurang
tersedianya tempat sampah yang memadai dan kelayakannya untuk dipakai.
Tempat sampah merupakan hal yang penting
dalam menangani merebaknya sampah di setiap tempat. Kurangnya tempat sampah
sering menjadi kendala menumpuknya sampah di berbagai tempat. UPI sebagai
kampus pendidikan seharusnya memiliki kesadaran untuk menyediakan tempat sampah
yang memadai. Namun tidak dapat dipungkiri lagi ternyata ketersediaan tempat
sampah di kampus sangatlah minim. Kami memperoleh data, minimnya tempat sampah
di kampus UPI ini dengan menyebarkan Angket kepada mahasiswa UPI dengan
menanyakan ketersediaan tempat sampah di Lingkungan UPI dan sekitar 87,2 %
mereka menjawab jarang melihat tempat sampah di Lingkungan UPI. Hal ini wajar
kalau lingkungan UPI dipenuhi dengan sampah dan kotoran lainnya. Ada alasan mereka yang
paling menonjol tidak membuang sampah tidak pada tempatnya yaitu karena mereka
ketika mau membuang sampah dan ditempat yang bersangkutan tidak ada tempat
sampah. Sehingga mereka membuang sampah di got-got dan di simpan di bawah
pohon.
Minimnya
tempat sampah dilingkungan UPI, telah menjadi kendala yang nampak dalam
mengatasi masalah sampah di UPI. Selain
minimnya tempat sampah yang ada di sekitar kampus UPI faktor lain yang menjadi
penyebab adalah kurang layaknya tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat
sampah tampak tidak terawat dan rusak. Hasil pemantauam langsung kami di depan
kantin FPIPS juga menunjukkan bahwa keadaan tempat sampah sudah tidak layak.
Tempat sampah sudah rusak dan bolong-bolong. Jadi ketika sampah menumpuk
langsung keluar dan tetap saja bertebaran di sekitar kantin. Di depan kantin
juga terlihat karena tidak tersedianya tempat sampah yang memadai,
sampah-sampah bertebaran di got-got dan aromanya sangatlah bau sehingga
menimbukan kesan kumuh.
Sampah juga
masih bertebaran di dalam kelas-kelas. Ini wajar karena didalam kelas pun tidak
tersedia tempat sampah. Sampah-sampah bertebaran di sudut-sudut kelas, dan
dibawah kursi.
2.
Kelas yang
selalu berpindah-pindah
Pembangangunan yang sedang dilaksanakan oleh
pihak UPI menyebabkan berkurangnya tempat perkuliahan dan akibatnya perkuliahan
selalau berpindah-pindah dari kelas yang satu kedalam kelas yang lain.
Seringnya perpindahan ini mengakibatkan kurang adanya kecintaan terhadap kelas
masing-masing. Maka dari itu ketika dalam kelas mereka sering buang sampah
seenaknya karena merasa tempat itu bukan tempat tetap mereka jadi bukan milik
mereka dan tidak perlu untuk menjaganya. Selain dari itu tidak tersedianya pula
tempat sampah yang ada disekitar kelas itu.
3.
Kurang
kesadaran diri
Ketika kami menyebarkan angket ke dalam 80
Respon dari semua jurusan yang ada di UPI kami memperoleh data 79,2 % telah
membuang sampah pada tempatnya. Namun ada hal lain yang membuat saya bingung
dan aneh. Ternyata masih banyak juga yang tidak membuang sampah tidak pada
tempatnya. Mereka sembarangan membuang sampah di got-got, memang ditempat itu
tidak tersedia tempat sampah. Namun tidak salah juga mereka menyimpan untuk
sementara sampah itu di saku dan menunggu sampai menemukan tempat sampah dan
membuangnya. Banyak Mahasiswa yang belum sadar akan hal ini.
Dari 79,2 % responden yang sudah membuang
sampah pada tempatnya ada yang beralasan mereka sadar akan lingkungan ada juga
yang membawa landasan, kebersihan sebagian daripada Iman. Responden sebagiannya
yang belum membuang sampah pada tempatnya mereka sebenarnya sadar akan
kebersihan namun mereka jarang melihat tempat sampah di tempat yang
bersangkutan. Ketersediaan tempat sampah memang harus ditunjang dari berbagai
pihak. Karena pemecahan masalah tidak akan berhasil kalau hanya dilihat dari
satu pihak saja. Di Kampus UPI belum terlihat kesadaran yang nyata dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Misalkan saja Fakultas, Jurusan bahwakan sampai
Himpunan belum menampakan keseriusannya dalam mengatasi masalah ini.Baru
beberapa Fakultas saja yang sadar akan ini itu pun hanya dari sebagian kecil
Jurusan.
4.
Belum ada
aturan yang melarang pembuangan sampah.
Memang aturan menjadi faktor lain yang
mendukung terciptanya Lingkungan yang sehat dan aman. Aturan yang tegas belum
berlaku di Kampus UPI Ini. Tidak adanya aturan yang melarang pembuangan sampah
sembarangan menyebabkan Mahasiswa secara bebas membuang sampah pada tempatnya.
Di UPI baru ada slogan-slogan saja yang sudah lumrah ada yaitu buanglah sampah pada tempatnya. Banyak
mahasiswa yang suka menyalahkan arti slogan itu ketika mereka tahu harus
membuang sampah pada tempatnya mereka membuang sampah di tempat ketika mereka
menghabiskan makanannya dan mereka mebuang sisanya ditempat itu. Perlukah
kiranya mengadakan sebuah aturan yang tegas mengenai masalah sampah di UPI ini
sehingga akan memunculkan suatu keadaan yang bersih dan nyaman.
Selama ini
kita sering menjumpai slogan-slogan seperti kebersihan sebagian dari iman,
buanglah sampah pada tempatnya dan lain-lain namun ternyata kenyataan yang kita
temui dilapangan justru sebaliknya. Sampah ada dimana-mana, kondisi ini terjadi
karena beberapa alasan atau faktor-faktor tertentu. Bisa saja keadaan ini
terjadi karena kurangnya kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya
atau justru tempat sampahnya yang tidak ada, suatu keadaan yang ironis sekali.
Keadaan ini harusnya diperbaiki dengan adanya aturan yang jelas mengenai sampah
selain itu perlu pula disediakan tempat-tempat sampah diberbagai tempat serta
menumbuhkan sikap kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
C.
Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Masalah
Sampah di UPI.
Mahasiswa
mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan kebersihan lingkungan di
wilayah sekitar kampus UPI ini. Mengapa harus mahasiswa? Karena sebagian besar
kampus UPI ini warganya adalah para mahasiswa yang menempuh pendidikan di UPI.
Dari mahasiswalah sebagian besar sampah dihasilkan dan dari mahasiswalah
seharusnya timbul kesadaran untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan yang
bersih dan terawat.
Salah satu Sumber pada sebuah media
cetak di Internet menyebutkan bahwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPI dan Centre of People
Empowering Suistanable Development (CPESD) mulai menggunakan mesin pembakaran
untuk mengelola sampah di sekitar kampus. Menurut Ketua BEM UPI, mesin yang
perakitannya diselesaikan dalam waktu tiga bulan itu bisa mengolah semua jenis
sampah organik dan anorganik, kecuali batu-batuan, besi, dan kaca. Proses
pengerjaan dan penda-naan dikerjakan bersama antara mahasiswa dan CPESD.
4m3/jam
Ketua
BEM mengatakan, rotary insenerator bisa membakar
4 m3 sampah setiap jam dengan bahan bakar minyak tanah untuk menggerakkan
mesinnya. ”Minyak tanah yang digunakan sebanyak 30 liter untuk pemakaian 5
jam,” Karena menggunakan minyak tanah mesin itu tidak mengeluarkan polusi udara
yang besar bila dibanding penggunaan solar atau bensin. Mesin itu pun memiliki
dua alat tambahan yang berfungsi untuk menyedot dan mengendapkan asap yang
dikeluarkan dari proses pembakaran. Meskipun sistem pembakarannya sudah ada,
Agus mengaku, Apada saat itu masih menjabat sebagai ketua BEM, belum ada
penelitian mengenai kegunaan abu sebagai hasil pembakarannya. ”Mungkin bisa
dijadikan kompos, tapi harus diteliti lagi seberapa besar kualitasnya.”
Menurut Agus, penggunaan mesin pembakar
sampah itu merupakan satu bagian dari gerakan moral yang dilakukan BEM UPI
untuk menyadarkan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik. ”Sekarang
masih dalam tahap uji coba sehingga teknologinya masih harus disempurnakan,”
katanya. Rektor UPI, Sunaryo Kartadinata menyebutkan, permasalahan kebersihan kota tetap merupakan
tanggung jawab pemerintah kota ,
termasuk juga kampus UPI. ”Tapi kami akan terbuka bila pemerintah ingin
mengembangkan teknologi itu. Nanti berkolaborasi,” ujarnya.Menurut Sunaryo,
kerja sama itu tidak akan dilakukan bersama pihak swasta ,karena tidak ingin
prosesnya menjadi komersial. Disebutkan, saat ini UPI belum memikirkan sistem
manajemen dan konsekuensi finansial untuk mengembangkannya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
keadaan Lingkungan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia . UPI sebagai salah satu
Universitas terbaik di Indonesia
memiliki masalah dengan Lingkungannya, hal ini diakibatkan oleh beberapa factor
yang menjadi penyebab kurang sehatnya lingkungan UPI. Penyebab pertama adalah
Minimnya tempat sampah yang ada di Kampus UPI, Kelas yang selalu
berpindah-pindah, kurangnya kesadaran diri dan tidak adanya Hukum yang tegas.
Disini
terlihat, bahwa factor-faktor itu mengarah kepada hal ekonomis, psikologis,
agama, dan hukum. Karena yang menjadi sorotan dalam kali ini adalah Mahasiswa
dan perangkat lainnya maka hal-hal tadi juga berkaitan dengan Mahasiswa dan
lainnya.Minimnya tempat sampah yang ada di UPI ini terjadi tidak hanya kurang
maunya pihak tertentu mengadakan tempat sampah namun hal ini juga berbenturan
dengan dana. Tiap jurusan sepertinya enggan mengeluarkan dana untuk pengadaan
tempat sampah. Tidak hanya instansi jurusan saja, organisasi kemahasiswaan
seperti contoh yaitu Himpunan sangat jarang mengeluarkan inisiatif untuk
mengeluarkan dana dalam pengadaan tempat sampah. Faktor kedua adalah faktor
psikologis dari para mahasiswa, karena kebiasaan Mahasiswa jika tidak ada tempat
sampah maka mereka membuang sampah sembarangan tidak menyimpannya untuk
sementara waktu menunggu tempat sampah ada. Mereka karena terbiasa maka
langsung menyimpannya di bawah pohon atau dimasukan kedalam got-got. Hal ini
terlihat langsung oleh kami ketika melakukan penelitian tentang sampah di UPI
ini. Hal lain yang menjadi kendala adalah belum adanya hokum yang tegas dalam
mengatasi masalah ini. Maka Mahasiswa bisa secara bebas membuang sampah tidak
pada tempatnya.
UPI
sebagai universitas ternama seharusnya menciptakan segala sesuatunya dengan
baik. Memang sekarang ini UPI sedang melakukan pembangaunan secara
besar-besaran yang sedikitnya mengganggu keadaan lingkungan di UPI. Makin
banyaknya penghuni kampus selain para mahasiswa juga ditampah para pekerja yang
bekerja sebagai kuli bangaunan ini menambah besar volume sampah yang ada di
kampus UPI ini. , maka partisipasi dari berbagai pihak sangtlah diperlukan.
B.
SARAN
Untuk
mengatasi beberapa permasalahan yang ada di UPI khususnya masalah Lingkungan
yang berkaitan dengan sampah, ada beberapa solusi yang kami tawarkan sesuai
dengan poermasalahan yang timbul, yakni :
1.
Perbanyak
tempat sampah yang layak pakai
Sampah yang berserakan dan bertebaran di
sekitar Kampus UPI ini diakibatkan oleh minimnya tempat sampah yang ada di
sekitar kampus UPI. Hampir tidak terlihat keberadaan tempat sampah di UPI.
Seharusnya disetiap sudut ruangan dan disetiap sudut di UPI tersedia tempat
sampah. Adakan juga tempat samaph di dalam kelas agar tidak terjadi penumpukan
sampah di dalam kelas. Perbanyak tempat sampah yang layak di sekitar Kantin,
karena kami lihat di dekat kantin itu tempat sampah sudah tidak layak lagi dan
sudah rusak. Dalam pengadaan tempat sampah, harus adanya kesadaran dari
masing-masing individu untuk mengadakan tempat sampah. Bahkan seharusnya
organisasi kemahasiswaan yang mengadakan tempat sampah ini.misalkan saja
Himpunan membuat program pembuatan tempat sampah.
2.
Pupuk rasa cinta terhadap Lingkungan
Kalau kami lihat masih minimnya rasa memiliki
lingkungan para mahasiswa UPI ini. Mereka masih saja membuang sampah tidak pada
tempatnya. Alasannya karena tidak ada tempat sampah. Seharusnya secara
psikologis mereka sadar menyimpannya dahulu untuk sementara sampai menemukan
tempat sampah. Mereka malah membuang langsung tanpa memikirkan dampak yang akan
terjadi selanjutnya. Saran kami mulailah dengan membiasakan diri membuang
sampah pada tempatnya, jika tidak ada tempat sampah simpanlah dahulu untuk
sementara sampai menemukan tempat sampah. Pupuk rasa Cinta terhadap lingkungan.
3.
Berlakukan hukum yang ketat dalam menangani
sampah di UPI
Hukum merupakan solusi terakhir yang
diawarkan,karena dengan diberlakukannya peraturan ini maka sedikitnya akan
mengurangi kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Misalkan Jika ada
Mahasiswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya maka di denda uang
sebesar…., maka hal ini sedikitnya akan mengurangi kebiasaan buruk membuang
sampah sembarangan.
Memang denan
adanya hokum pasti akan terasa tertekan namun hal ini dapat menjadi solusi yang
baik jika ingin menciptakan Lingkungan UPI yang sehat bebas dari samapah.
Selain itu juga kami tawarkan juga pengolahan
sampah agar tidak menumpuk. Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill (tempat
pembuangan sampah) bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill
tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan
alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan
sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi
masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap
sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan
sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada
mengasumsikan bahwa manusia akan menghasilkan jumlah sampah yang terus
meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga
tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada
dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini.
Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua
jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan
mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin
masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari
produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah
didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau
tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi
setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di
negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program
yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan
kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal
(tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem
penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus
menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang.
KEPUSTAKAAN
Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. MANUSIA,
ALAM dan LINGKUNGAN. Jakarta : Depdikbud.
Supardi, I.
1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA. Bandung : Alumni.
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. MANUSIA
DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA dan LINGKUNGAN HIDUP. Bandung : CV Alfabet.
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Nama : Rahma Wati
Kelas
: X-A
SMA
Negeri 11 Samarinda
Tahun
Ajaran 2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sampah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian
juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita
konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari
‘pengelolaan’ gaya
hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa
kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak
hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor
individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Bandung
merupakan contoh nyata dalam hal persoalan sampah. Beberapa titik di Kota
Bandung telah membuktikan bahwa fenomena sampah di negeri ini sukar untuk di
hilangkan. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama kalau saja setiap orang
sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti akan dampak yang
ditimbulkan dari sampah ini. Perlu diketahui juga bahwa sampah ini ada dua
jenis yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah
anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat
terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering,
seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi
secara alami.
Sekarang
pertanyaannya bagaimana untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Dan hal inilah
yang melatar belakangi kami menulis makalah bertemakan Masalah Pencemaran
Lingkungan ( Sampah ). Untuk menjawab hal ini kami melakukan studi kasus di
Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Alasan kami mengambil tempat di UPI karena di daerah ini juga terlihat
adanya sampah yang bertebaran dimana-mana dan banyak sekali sampah yang
menumpuk dan juga minimnya tempat sampah. Dari sini kami ingin melihat lebih
dalam mengenai permasalahan sampah di kampus UPI ini.
B.
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Ketika
kami jalan-jalan di sekitar kampus UPI kami melihat gejala yang sangat
memprihatinkan di sekitar kampus UPI, yaitu salah satu kampus pendidikan yang
ternyata di dalam kampus ini masih ada bertebarannya sampah-sampah. Dari sini
kami mempunyai beberapa permasalahan yang ingin kami temukan penyelesaian
masalahnya.
Permasalahannya diantaranya adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaiaman
keadaan kebersihan di sekitar kampus UPI ?
2.
Apa yang
menjadi faktor penyebab bertebarannya sampah di sekitar kampus UPI ?
3.
Bagaimana
peranan mahasiswa UPI dalam mengatasi sampah di sekitar kampus UPI ?
C.
Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini kami menggunakan pendekatan Multi aspek/multi dimensi.
Kami melihat beberap gejala yang mungkin menjadi pemicu terjadinya permasalahan
yang melanda objek penelitian. Metode pemecahan masalah yang kami gunakan yaitu
Metode Kuantitatif dengan menyebarkan Angket kepada para mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI). Kami mengambil sampel sebanyak 80 responden dari
berbagai jurusan di UPI.. dan juga observasi langsung. Selain itu kami pun
melakukan studi kepustakaan untuk menambah khazanah pengetahuan kami dan juga
guna menunjang pemecahan masalah yang kami miliki.
D.
Sistematika Makalah
Sistematika
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang masalah
1.2 Identifikasi
Masalah dan Rumusan Masalah
1.3 Pendekatan
dan Metode pemecahan masalah
1.4 Sistematika
penulisan
BAB II LANDASAN
TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Manusia dan Lingkungan Hidup
Manusia
merupakan makhluk yang paling dimuliakan oleh Al-Khalik penciptanya. Makhluk
hidup yang namanya manusia, baru dilahirkan sekitar satu atau dua juta tahun
tahun yang lampau setelah segala sumber daya tersedia dan setelah ruang bumi
ini tercipta. Dalam Buku Manusia Dalam
Konteks Sosial Budaya dan Teknologi Karya Prof. Dr H. Nursid Sumaatmadja
disebutkan bahwa :”Manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling
mempengaruhi. Kadar saling pengaruh mempengaruhi tersebut sangat dipengaruhi
tingkat berbagai penguasaan teknologi oleh Manusia. Hubungan manusia dengan
alam di dunia ini sangatlah bervariasi”.( Dr H. Nursid Sumaatmadja : 1998:72 ).
Manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar
yang tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di sini terlihat bahwa manusia
merupakan komponen biotik lingkungan
yang paling aktif. Karena manusia secara aktif dapat mengelola dan mengubah
ekosistem sesuai dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan
bermacam-macam gejala.
Manusia
mendapatkan unsure-unsur yang diperlukan dalam Hidupnya dari Lingkungan. Makin
tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya yang diambil
dari Lingkungan. Maka berarti semakin besar perhatian manusia terhadap
Lingkungan. Manusia merupakan Makhluk paling aktif dalam mengubah tatanan pada
Lingkungan. Manusia bisa dengan cepat mengubah Lingkungan, karena perbuatan
manusialah Lingkungan menjadi berubah dan kadang menjadi marah karena
dirusaknya Lingkungan. Hubungna manusia dengan Lingkungan memang sudah tidak
dapat dipisahkan lagi. Karena terkadang Manusia bergantung kepada alam dan ada
juga Alam yang bergantung pada manusia.
B.
EKOSISTEM
Yang
dimaksud dengan ekosistem adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan dimana manusia merupakan bagian integral dari ekosistem tempat
hidupnya. Ekosistem terdiri dari suatu komunitas Biota yang berinteraksi dengan
Lingkungan fisiknya dan saling pengaruh mempengaruhi. Ekosistem ini terdiri
dari bagian-bagian dnegan fugnsi-fungsi tertentunya. Dan untuk menunjang
fungsi-fungsinya itu dioperlukan sumber energi. Setiap species menyesuaikan
diri dengan tugas tertentu dalam ekosistem dan berfungsinya ekosistem
bergantung kepada adanya kombinasi spesies yang sesuai dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu di dalam seluruh system.
Peranan
manusia dalam ekosistem sangat luas. Sebab Lingkungan hidup masnuia tidak hanya
terbatas pada sarana fisik kimia dan biologis saja tetapi termasuk pula di
dalamnya persoalan ekonomi, sosio budaya dan agama. Segala macam perubahan
dalam lingkungan hidup manuisa, mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
dirinya.
Manusia
merupakan bagian intergral dari ekosistem maka apabila struktur dan sifat
fungsional ekosistem rusak, akan mengakibatkan penderitaan pada manusia itu
sendiri. Dengan perkataan lain, bila itu terjadi maka keseimbangan ekologi akan
terganggu dengan akibat penderitaan pada manusia itu sendiri.
C.
EKOLOGI
Tokoh
yang berjasa mengangkat ekologi menjadi kajian yang bermakna adalah Ernest
Haeckel (1866) seorang pakar biologi Jerman. Semula ekologi ini hanyalah
merupakan subdisiplin Biologi. Namun pada perkembangan dewasa ini, ekologi itu
dapat dikatakan menjadi kajian bidang mandiri. Ekologi itu berasal dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu kata Oikos yang berarti Rumah atau tempat tinggal
dan logos yang berarti studi atau telaah. Jadi secara harfiah ekologi itu
berarti studi atau telaah tentang organisme di tempat tinggalnya. Secara lebih
formal, ekologi itu berarti studi atau telaah tentang struktur atau fungsi alam
atau studi tentang hubungan diantara organisme hidup dan keseluruhan faktor
fisikal serta biological yang membentuk lingkunganya.
Organisme,
Living organism, makhluk hidup
Yang
diartikan organisme atau makhluk hidup pada konsep ekologi yaitu tumbuhan dan
hewan. Dalam hal ini manusia termasuk kedalam kelompok hewan. Namun demikian
karena manusia lebih cocok masuk kedalam kelompok hewan namun memiliki
keistimewaan tersendiri, pembahasannya dikhususkan pada telaah ekologi manusia
(human ecology).
Lingkungan, environment
Ehlich
& Ehrlich dan Holdren (1973:4) mengemukakan, The environment is the unique
skin of soil, water, geseos atmosphere, mineral nutrient and organism that
covers this otherwise undistinguished planet. Dalam Undang-undang Indonesia
Nomor 4 Tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I
Pasal 1 dirumuskan : Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya ,
keadaan, makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.
D.
POLUSI
Yang
dimaksud dengan polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta
ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Terjadinya polusi atau
pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat aktifitas manusia yang
berlebihan dan tidak terkontrol yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah,
air dan udara. Yang akibatnya akan mengancam kelestarian Lingkungan.
Mengenai polutan dapat digolongkan kdalam dua
hal yakni :
1.
Yang
bersifat kualitatif
Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang alamiah
telah terdapat di dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyak
sehinggga mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena
bencana alam dan karena perbuatan manusia, contoh polutan misalnya unsur
nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
2.
Yang bersfat
kuantitatif
Terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat
berlangsungnya persenyawaan yang dibuat secara sintesis seperti, pestisida
detergen dan lain-lan. Umumnya polusi lingkungan ditunjukan kepada
faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan dan
faktor-faktor kimia seperti debu, uap, gas, larutan, awan, kabut, sosioekonomi
dan kultur.
Pencemaran
Lingkungan
Pencemaran
terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya
perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis
sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta
organisme lainnya. Bahan pencemaran itu disebut dengan polutan.
Menurut WHO,
ditetapkan empat tahap pencemaran yaitu :
1.
pencemaran
tingkat pertama
pencemaran
yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari zat
pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2.
Pencemaran
tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi
ringan pada pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan
pada komponen ekosistem lainnya.
3.
Pencemaran
tingkat ketiga
Pencemaran
yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menimbulkan sakit yang
kronis.
4.
pencemaran
tingkat keempat
pencemaran
yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam lingkungan karena kadar
zat pencemaran terlalu tinggi.
E.
SAMPAH
Sampah
adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,
industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak
berbahaya (non hazardous). Soewedo (1983) menyatakan
bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Berdasarkan
komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Sampah Organik, yaitu sampah yang
mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.
Sampah Anorganik, yaitu sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas,
plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah
ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng,
kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;
Di
negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik,
sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Salah
satu sumber Menyebutkan tentang Sampah yaitu :
Pemusnahan
sampah
Beberapa cara pemusnahan sampah
yang dapat dilakukan secara sederhana sebagai berikut :
a.
Penumpukan.
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak
dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
Metode penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan resiko karena
berjnagkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran, terutama bau, kotoran
dan sumber penyakit dana badan-badan air.
b.
Pengkomposan.
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana
dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi.
c.
Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah
yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menhindari
pencemarn asap, bau dan kebakaran.
d. "Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan pemupukan,
tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini
memerlukan areal khusus yang sangat luas.
Pemanfaatan Sampah
1.
Sampah basah :
Kompos dan makanan ternak
2.
Sampah kering :
Dipakai kembali dan daur ulang
3.
Sampah kertas :
Daur Ulang
Daur ulang
Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang
:
1.
Botol Bekas
wadah kecap, saos, sirup, creamer dll baik yang putih bening maupun yang
berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2.
Kertas,
terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecualai kertas yang
berlapis minyak.
3.
Aluminium
bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll.
4.
Besi bekas
rangka meja, besi rangka beton dll
5.
Plastik
bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll
6.
Sampah basah
dapat diolah menjadi kompos.
Manfaat pengelolaan sampah
1.
Mengehemat
sumber daya alam
2.
Mengehemat
Energi
3.
Mengurangi
uang belanja
4.
Menghemat
lahan TPA
5.
Lingkungan
asri (bersih,sehat,nyaman)
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Keadaan Kebersihan Di sekitar Kampus UPI
Universitas
Pendidikan Indonesia
merupakan salah satu Universitas yang masuk kedalam 10 Universitas terbaik di Indonesia .
Sudah selayaknya kampus ini baik dalam berbagai hal, baik itu pendidikan,
lingkungan dan kesehatannya. Namun tidak disangka ternyata kampus yang
merupakan kampus terbaik ini ternyata kotor dan kurang sehat keadaan
lingkungannya. Pembangunan yang sedang dilakukan turut mempengaruhi kotornya
keadaan lingkungan UPI saat ini.
Sekilas
kalau kita lihat keadaan lingkungan UPI ini itu bersih namun kalau kita lihat
lebih kedalamnya, kesudut-sudut UPI, di dalam kelas, got-got dan
belakang-belakang kampus bertebaran sampah dan bahkan menumpuk. Sebenarnya apa
yang menyebabkan ini terjadi? Apakah kurang sigapnya para petugas kebersihan
UPI ataukah para penghuni UPI yang kurang tanggap akan hal ini. Setelah kami
meneliti dan kami menyebarkan angket yang isinya menanyakan kebersihan
Lingkungan UPI dan harapan yang diinginkan Mahasiswa terhadap Lingkungan UPI
jawaban mereka adalah 93,6 % menjawab lingkungan UPI jelek alasannya adalah tidak
banyak tersedianya tempat sampah. Seharusnya tempat sampah tersedia diberbagai
sudut sekarang ini hanya beberapa saja. Ketika para mahasiswa ini ingin
membuang sampah pada tempatnya dan ditempat itu tidak ada tempat sampah mereka
malah menyimpan dan membuangnya di bawah pohon dan di got-got ada juga yang
menyimpannya sementara di dalam tas mereka dan bahkan ada yang memasukan sampah
ke dalam sela-sela kursi di dalam kelas.
Memang
keadaan ini sangat memprihatinkan, kalau saja sarana itu menunjang pastilah
keadaan UPI tidak seperti sekarang ini. Keadaan yang kotor dan bau. Tidak hanya
sampah yang menjadi fenomena di UPI ini hal lain yang sangat nampak adalah
tidak terawatnya WC. WC yang ada di UPI sangat tidak layak, bau dan kotor.
Sebagai contoh kami melakukan Inspeksi mendadak kedalam kamar mandi yang ada di
FPIPS, Perpustakaan, UPINET dan Gymnasium ternyata sangat Bau dan kotor. dan di
dalamnya pun tidak terlewatkan sampah bertebaran. Kenapa sampah lagi sampah
lagi? Ternyata jawabanya adalah di kamar mandi pun tidak ada tempat sampah.
Seandainya ada tempat sampah pasti tidak akan berceceran yang namanya tisu,
puntung rokok, pembalut dll.
Sungguh
memprihatinkan keadaan Lingkungan yang yang ada di UPI ini sebagai Universitas
Pendidikan yang seharusnya menjaga kesehatan lingkungan malah kotor dan bau.
Bagaimana mau menciptakan Kota Bandung yang bersih kalau lingkungan kampusnya
saja kotor dan banyak sampah. Memang tidak satu faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi banyak faktor yang menjadi kendala, selain yang telah disebutkan diatas
tadi faktor lainnya adalah kurang adanya partisifasi aktif dari mahasiswa untuk
menangani hal ini. Belum terlihat banyak Jurusan atau bahkan Himpunan yang
bersedia membuat tempat sampah.
B.
Faktor-Faktor
Bertebarannya Sampah di UPI.
Sudah
tidak bisa dipungkiri lagi kebersihan lingkunga UPI sekarang sudak
terkontaminasi oleh masalah sampah dan kotoran lainnya yang menyebabkan
lingkungan UPI menjadi kotor dan tidak terawat. Hal didorong oleh banyak hal
diantaranya adalah :
1.
Kurang
tersedianya tempat sampah yang memadai dan kelayakannya untuk dipakai.
Tempat sampah merupakan hal yang penting
dalam menangani merebaknya sampah di setiap tempat. Kurangnya tempat sampah
sering menjadi kendala menumpuknya sampah di berbagai tempat. UPI sebagai
kampus pendidikan seharusnya memiliki kesadaran untuk menyediakan tempat sampah
yang memadai. Namun tidak dapat dipungkiri lagi ternyata ketersediaan tempat
sampah di kampus sangatlah minim. Kami memperoleh data, minimnya tempat sampah
di kampus UPI ini dengan menyebarkan Angket kepada mahasiswa UPI dengan
menanyakan ketersediaan tempat sampah di Lingkungan UPI dan sekitar 87,2 %
mereka menjawab jarang melihat tempat sampah di Lingkungan UPI. Hal ini wajar
kalau lingkungan UPI dipenuhi dengan sampah dan kotoran lainnya. Ada alasan mereka yang
paling menonjol tidak membuang sampah tidak pada tempatnya yaitu karena mereka
ketika mau membuang sampah dan ditempat yang bersangkutan tidak ada tempat
sampah. Sehingga mereka membuang sampah di got-got dan di simpan di bawah
pohon.
Minimnya
tempat sampah dilingkungan UPI, telah menjadi kendala yang nampak dalam
mengatasi masalah sampah di UPI. Selain
minimnya tempat sampah yang ada di sekitar kampus UPI faktor lain yang menjadi
penyebab adalah kurang layaknya tempat sampah yang sudah ada. Tempat-tempat
sampah tampak tidak terawat dan rusak. Hasil pemantauam langsung kami di depan
kantin FPIPS juga menunjukkan bahwa keadaan tempat sampah sudah tidak layak.
Tempat sampah sudah rusak dan bolong-bolong. Jadi ketika sampah menumpuk
langsung keluar dan tetap saja bertebaran di sekitar kantin. Di depan kantin
juga terlihat karena tidak tersedianya tempat sampah yang memadai,
sampah-sampah bertebaran di got-got dan aromanya sangatlah bau sehingga
menimbukan kesan kumuh.
Sampah juga
masih bertebaran di dalam kelas-kelas. Ini wajar karena didalam kelas pun tidak
tersedia tempat sampah. Sampah-sampah bertebaran di sudut-sudut kelas, dan
dibawah kursi.
2.
Kelas yang
selalu berpindah-pindah
Pembangangunan yang sedang dilaksanakan oleh
pihak UPI menyebabkan berkurangnya tempat perkuliahan dan akibatnya perkuliahan
selalau berpindah-pindah dari kelas yang satu kedalam kelas yang lain.
Seringnya perpindahan ini mengakibatkan kurang adanya kecintaan terhadap kelas
masing-masing. Maka dari itu ketika dalam kelas mereka sering buang sampah
seenaknya karena merasa tempat itu bukan tempat tetap mereka jadi bukan milik
mereka dan tidak perlu untuk menjaganya. Selain dari itu tidak tersedianya pula
tempat sampah yang ada disekitar kelas itu.
3.
Kurang
kesadaran diri
Ketika kami menyebarkan angket ke dalam 80
Respon dari semua jurusan yang ada di UPI kami memperoleh data 79,2 % telah
membuang sampah pada tempatnya. Namun ada hal lain yang membuat saya bingung
dan aneh. Ternyata masih banyak juga yang tidak membuang sampah tidak pada
tempatnya. Mereka sembarangan membuang sampah di got-got, memang ditempat itu
tidak tersedia tempat sampah. Namun tidak salah juga mereka menyimpan untuk
sementara sampah itu di saku dan menunggu sampai menemukan tempat sampah dan
membuangnya. Banyak Mahasiswa yang belum sadar akan hal ini.
Dari 79,2 % responden yang sudah membuang
sampah pada tempatnya ada yang beralasan mereka sadar akan lingkungan ada juga
yang membawa landasan, kebersihan sebagian daripada Iman. Responden sebagiannya
yang belum membuang sampah pada tempatnya mereka sebenarnya sadar akan
kebersihan namun mereka jarang melihat tempat sampah di tempat yang
bersangkutan. Ketersediaan tempat sampah memang harus ditunjang dari berbagai
pihak. Karena pemecahan masalah tidak akan berhasil kalau hanya dilihat dari
satu pihak saja. Di Kampus UPI belum terlihat kesadaran yang nyata dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Misalkan saja Fakultas, Jurusan bahwakan sampai
Himpunan belum menampakan keseriusannya dalam mengatasi masalah ini.Baru
beberapa Fakultas saja yang sadar akan ini itu pun hanya dari sebagian kecil
Jurusan.
4.
Belum ada
aturan yang melarang pembuangan sampah.
Memang aturan menjadi faktor lain yang
mendukung terciptanya Lingkungan yang sehat dan aman. Aturan yang tegas belum
berlaku di Kampus UPI Ini. Tidak adanya aturan yang melarang pembuangan sampah
sembarangan menyebabkan Mahasiswa secara bebas membuang sampah pada tempatnya.
Di UPI baru ada slogan-slogan saja yang sudah lumrah ada yaitu buanglah sampah pada tempatnya. Banyak
mahasiswa yang suka menyalahkan arti slogan itu ketika mereka tahu harus
membuang sampah pada tempatnya mereka membuang sampah di tempat ketika mereka
menghabiskan makanannya dan mereka mebuang sisanya ditempat itu. Perlukah
kiranya mengadakan sebuah aturan yang tegas mengenai masalah sampah di UPI ini
sehingga akan memunculkan suatu keadaan yang bersih dan nyaman.
Selama ini
kita sering menjumpai slogan-slogan seperti kebersihan sebagian dari iman,
buanglah sampah pada tempatnya dan lain-lain namun ternyata kenyataan yang kita
temui dilapangan justru sebaliknya. Sampah ada dimana-mana, kondisi ini terjadi
karena beberapa alasan atau faktor-faktor tertentu. Bisa saja keadaan ini
terjadi karena kurangnya kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya
atau justru tempat sampahnya yang tidak ada, suatu keadaan yang ironis sekali.
Keadaan ini harusnya diperbaiki dengan adanya aturan yang jelas mengenai sampah
selain itu perlu pula disediakan tempat-tempat sampah diberbagai tempat serta
menumbuhkan sikap kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
C.
Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Masalah
Sampah di UPI.
Mahasiswa
mempunyai peran yang sangat dominan dalam menciptakan kebersihan lingkungan di
wilayah sekitar kampus UPI ini. Mengapa harus mahasiswa? Karena sebagian besar
kampus UPI ini warganya adalah para mahasiswa yang menempuh pendidikan di UPI.
Dari mahasiswalah sebagian besar sampah dihasilkan dan dari mahasiswalah
seharusnya timbul kesadaran untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan yang
bersih dan terawat.
Salah satu Sumber pada sebuah media
cetak di Internet menyebutkan bahwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPI dan Centre of People
Empowering Suistanable Development (CPESD) mulai menggunakan mesin pembakaran
untuk mengelola sampah di sekitar kampus. Menurut Ketua BEM UPI, mesin yang
perakitannya diselesaikan dalam waktu tiga bulan itu bisa mengolah semua jenis
sampah organik dan anorganik, kecuali batu-batuan, besi, dan kaca. Proses
pengerjaan dan penda-naan dikerjakan bersama antara mahasiswa dan CPESD.
4m3/jam
Ketua
BEM mengatakan, rotary insenerator bisa membakar
4 m3 sampah setiap jam dengan bahan bakar minyak tanah untuk menggerakkan
mesinnya. ”Minyak tanah yang digunakan sebanyak 30 liter untuk pemakaian 5
jam,” Karena menggunakan minyak tanah mesin itu tidak mengeluarkan polusi udara
yang besar bila dibanding penggunaan solar atau bensin. Mesin itu pun memiliki
dua alat tambahan yang berfungsi untuk menyedot dan mengendapkan asap yang
dikeluarkan dari proses pembakaran. Meskipun sistem pembakarannya sudah ada,
Agus mengaku, Apada saat itu masih menjabat sebagai ketua BEM, belum ada
penelitian mengenai kegunaan abu sebagai hasil pembakarannya. ”Mungkin bisa
dijadikan kompos, tapi harus diteliti lagi seberapa besar kualitasnya.”
Menurut Agus, penggunaan mesin pembakar
sampah itu merupakan satu bagian dari gerakan moral yang dilakukan BEM UPI
untuk menyadarkan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik. ”Sekarang
masih dalam tahap uji coba sehingga teknologinya masih harus disempurnakan,”
katanya. Rektor UPI, Sunaryo Kartadinata menyebutkan, permasalahan kebersihan kota tetap merupakan
tanggung jawab pemerintah kota ,
termasuk juga kampus UPI. ”Tapi kami akan terbuka bila pemerintah ingin
mengembangkan teknologi itu. Nanti berkolaborasi,” ujarnya.Menurut Sunaryo,
kerja sama itu tidak akan dilakukan bersama pihak swasta ,karena tidak ingin
prosesnya menjadi komersial. Disebutkan, saat ini UPI belum memikirkan sistem
manajemen dan konsekuensi finansial untuk mengembangkannya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
keadaan Lingkungan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia . UPI sebagai salah satu
Universitas terbaik di Indonesia
memiliki masalah dengan Lingkungannya, hal ini diakibatkan oleh beberapa factor
yang menjadi penyebab kurang sehatnya lingkungan UPI. Penyebab pertama adalah
Minimnya tempat sampah yang ada di Kampus UPI, Kelas yang selalu
berpindah-pindah, kurangnya kesadaran diri dan tidak adanya Hukum yang tegas.
Disini
terlihat, bahwa factor-faktor itu mengarah kepada hal ekonomis, psikologis,
agama, dan hukum. Karena yang menjadi sorotan dalam kali ini adalah Mahasiswa
dan perangkat lainnya maka hal-hal tadi juga berkaitan dengan Mahasiswa dan
lainnya.Minimnya tempat sampah yang ada di UPI ini terjadi tidak hanya kurang
maunya pihak tertentu mengadakan tempat sampah namun hal ini juga berbenturan
dengan dana. Tiap jurusan sepertinya enggan mengeluarkan dana untuk pengadaan
tempat sampah. Tidak hanya instansi jurusan saja, organisasi kemahasiswaan
seperti contoh yaitu Himpunan sangat jarang mengeluarkan inisiatif untuk
mengeluarkan dana dalam pengadaan tempat sampah. Faktor kedua adalah faktor
psikologis dari para mahasiswa, karena kebiasaan Mahasiswa jika tidak ada tempat
sampah maka mereka membuang sampah sembarangan tidak menyimpannya untuk
sementara waktu menunggu tempat sampah ada. Mereka karena terbiasa maka
langsung menyimpannya di bawah pohon atau dimasukan kedalam got-got. Hal ini
terlihat langsung oleh kami ketika melakukan penelitian tentang sampah di UPI
ini. Hal lain yang menjadi kendala adalah belum adanya hokum yang tegas dalam
mengatasi masalah ini. Maka Mahasiswa bisa secara bebas membuang sampah tidak
pada tempatnya.
UPI
sebagai universitas ternama seharusnya menciptakan segala sesuatunya dengan
baik. Memang sekarang ini UPI sedang melakukan pembangaunan secara
besar-besaran yang sedikitnya mengganggu keadaan lingkungan di UPI. Makin
banyaknya penghuni kampus selain para mahasiswa juga ditampah para pekerja yang
bekerja sebagai kuli bangaunan ini menambah besar volume sampah yang ada di
kampus UPI ini. , maka partisipasi dari berbagai pihak sangtlah diperlukan.
B.
SARAN
Untuk
mengatasi beberapa permasalahan yang ada di UPI khususnya masalah Lingkungan
yang berkaitan dengan sampah, ada beberapa solusi yang kami tawarkan sesuai
dengan poermasalahan yang timbul, yakni :
1.
Perbanyak
tempat sampah yang layak pakai
Sampah yang berserakan dan bertebaran di
sekitar Kampus UPI ini diakibatkan oleh minimnya tempat sampah yang ada di
sekitar kampus UPI. Hampir tidak terlihat keberadaan tempat sampah di UPI.
Seharusnya disetiap sudut ruangan dan disetiap sudut di UPI tersedia tempat
sampah. Adakan juga tempat samaph di dalam kelas agar tidak terjadi penumpukan
sampah di dalam kelas. Perbanyak tempat sampah yang layak di sekitar Kantin,
karena kami lihat di dekat kantin itu tempat sampah sudah tidak layak lagi dan
sudah rusak. Dalam pengadaan tempat sampah, harus adanya kesadaran dari
masing-masing individu untuk mengadakan tempat sampah. Bahkan seharusnya
organisasi kemahasiswaan yang mengadakan tempat sampah ini.misalkan saja
Himpunan membuat program pembuatan tempat sampah.
2.
Pupuk rasa cinta terhadap Lingkungan
Kalau kami lihat masih minimnya rasa memiliki
lingkungan para mahasiswa UPI ini. Mereka masih saja membuang sampah tidak pada
tempatnya. Alasannya karena tidak ada tempat sampah. Seharusnya secara
psikologis mereka sadar menyimpannya dahulu untuk sementara sampai menemukan
tempat sampah. Mereka malah membuang langsung tanpa memikirkan dampak yang akan
terjadi selanjutnya. Saran kami mulailah dengan membiasakan diri membuang
sampah pada tempatnya, jika tidak ada tempat sampah simpanlah dahulu untuk
sementara sampai menemukan tempat sampah. Pupuk rasa Cinta terhadap lingkungan.
3.
Berlakukan hukum yang ketat dalam menangani
sampah di UPI
Hukum merupakan solusi terakhir yang
diawarkan,karena dengan diberlakukannya peraturan ini maka sedikitnya akan
mengurangi kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Misalkan Jika ada
Mahasiswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya maka di denda uang
sebesar…., maka hal ini sedikitnya akan mengurangi kebiasaan buruk membuang
sampah sembarangan.
Memang denan
adanya hokum pasti akan terasa tertekan namun hal ini dapat menjadi solusi yang
baik jika ingin menciptakan Lingkungan UPI yang sehat bebas dari samapah.
Selain itu juga kami tawarkan juga pengolahan
sampah agar tidak menumpuk. Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill (tempat
pembuangan sampah) bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill
tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan
alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan
sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi
masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap
sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan
sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada
mengasumsikan bahwa manusia akan menghasilkan jumlah sampah yang terus
meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga
tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada
dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini.
Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk
memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua
jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan
mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin
masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari
produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah
didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau
tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi
setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di
negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program
yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan
kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal
(tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem
penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus
menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang.
KEPUSTAKAAN
Sastrosupeno, M Suprihadi.1984. MANUSIA,
ALAM dan LINGKUNGAN. Jakarta : Depdikbud.
Supardi, I.
1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA. Bandung : Alumni.
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. MANUSIA
DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA dan LINGKUNGAN HIDUP. Bandung : CV Alfabet.
2 komentar:
Casino Site - Lucky Club
Casino Site. Casino Site. Casino site offers various promotions and games. luckyclub.live One thing is for sure, the site has many games like blackjack, craps, roulette,
Casino Slot Machines in Washington State - Mapyro
Find your nearest Casino 보령 출장마사지 Slot Machines 대구광역 출장마사지 in Washington 강릉 출장샵 State. Mapyro offers you an unparalleled travel and information resource to 충주 출장샵 help with your travel. 울산광역 출장안마
Posting Komentar