Welcome to Rahma blog
RSS

Rabu, 08 Januari 2014

Sejarah Bahasa Indonesia


       Sejak kecil, kita belajar Bahasa Indonesia. Dimulai dengan pengenalan Alfabet, hingga membuat kalimat sederhana seperti, "Ini ibu Budi." Tapi pernahkah kita mencari tahu tentang sejarah Bahasa Indonesia? Mengapa kita menggunakan bahasa yang berakar dari bahasa Melayu ini dan bukan memilih satu dari ratusan bahasa daerah di Tanah Air? 

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. 

Teks Sumpah Pemuda :

Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia adalah bahasa kerja (working language). 

Sebagai sebuah bahasa, Bahasa Indonesia berasal dari Rumpun Melayu, salah satu bagian Austronesia. Bahasa Melayu ini sudah mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya Prasasti di Kedukan Bukit Berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo Berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur Berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi Berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna (istilah pertama ‘Bahasa Melayu’) itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan Prasasti Berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan Prasasti Berangka tahun 942 M yang juga menggunakan Bahasa Melayu Kuna. 


Bahasa Indonesia secara historis atau sejarah merupakan varian dari Bahasa Melayu yang kini juga digunakan di berbagai negara yang luas meliputi Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, bagian Selatan Thailand, bagian Selatan Filipina, dan beberapa tempat di Afrika Selatan. 

Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah telanjur diambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia. 


Pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, penggunaan Bahasa Indonesia telah dicadangkan sebagai bahasa untuk negara Indonesia selepas kemerdekaan. Soekarno tidak memilih Bahasa Jawa, yaitu bahasanya sendiri yang sebenarnya juga merupakan bahasa majoriti pada saat itu. Beliau memilih Bahasa Indonesia yang didasarkan daripada Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
  1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
  2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
  3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak, atau Banjarmasin, atau Samarinda, atau Maluku, atau Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhirpun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua franca, Bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
  4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara. 

Dan bangkitnya nasional waktu itu telah mendorong dan menggugah seluruh Warga Indonesi menggunakan Bahasa Indonesia. Dan peran kegiatan politik, persurat kabaran, perdagangan dan majalah sangat besar sekali dalam memoderenkan Bahasa Indonesi di Tanah Air kita Republik Indonesia.

Dan Bahasa Indonesia yang kita pakai selama ini telah menjadi jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita wajib menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia sesuai konsep Bahasa Indonesia itu sendiri. Mari kita ajarkan kepada anak cucu bangsa tentang Bahasa Indonesia agar mereka lebih mengenal siapakah kita dan Bahasa Indonesia sebenarnya. 

Dari jumlah pemakainya di Indonesia, sebenarnya Bahasa Melayu bukan bahasa terbesar. Bahasa Jawalah yang merupakan bahasa terbesar dari segi pemakainya pada saat itu. Namun, Bahasa Melayu dipilih sebagai Bahasa Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan tahun lalu. Salah satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto, Jawa Tengah yang menggunakan Bahasa Melayu Kuna. Inskripsi ini tidak bertahun, tetapi menurut estimasi ahli dibuat pada pertengahan abad 7. Ini menunjukkan bahwa Bahasa Melayu pun sudah dikenal di Pulau Jawa sejak ribuan tahun lalu.
                      
^ atas
Bahasa Indonesia

Bunyi

Dari segi bunyi, pada umumnya bahasa Indonesia tidak terlalu sulit bagi penutur bahasa lain, terutama bahasa Jepang. Ada banyak bunyi yang mirip di antara bahasa Jepang dan Indonesia. Vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas enam bunyi, yakni /a/, /i/, /u/, /e/, //, dan /o/. Sementara itu, konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /kh/, /l/, /m/, /n/, /ng/, /p/, /q/, /r/, /s/, /sy/, /t/, /v/, /w/, dan /z/ (Untuk mendengar contoh bunyi bahasa Indonesia, silakan klik di sini: bunyi bahasa Indonesia).

Kata

Urutan kata dalam bahasa Indonesia berbeda dengan urutan kata dalam bahasa Inggris atau bahasa Jepang. Contohnya, V‚µ‚¢ŽÔ atau new car dalam bahasa Indonesia adalah mobil baru. “ìŒûatau south gate dalam bahasa Indonesia adalah pintu selatan.


Dalam bahasa Indonesia, ada unsur penting yang berhubungan dengan kata, yakni afiks. Banyak kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas afiks dan dasar. Contohnya, kata bersepeda, menaiki, pemuda, dan kesempatan adalah kombinasi antara afiks ber, me-/-i, pe-, dan ke-/-an, dan dasar sepeda, naik, muda, dan sempat. Untuk menggunakan kamus bahasa Indonesia, dasar inilah yang kita gunakan sebagai sumber.
Kalimat

Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia mirip dengan bahasa Inggris, yakni S-V-O, dan berbeda dengan bahasa Jepang yang berstruktur S-O-V. Lihat contoh di bawah ini
We eat banana
S V O

Kami makan pisang
S V O

Ž„‚½‚¿‚Í ƒoƒiƒi‚ð H‚ׂ܂·
S O V

Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut.
  1. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah NUsantara.
  2. Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
  3. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
  4. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
  5. Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia. 

Referensi : 





1 komentar:

valkrydahnke mengatakan...

Best Casinos, Bonuses, Games at Casinos, & Slots 2021
Casinos with Casino.info 바카라양방배팅 casino list 오공슬롯 - Get exclusive deals and reviews of top casino sites 야구사이트 with casino 토토 폴리스 bonuses, 안전바카라사이트 games and promotions from the best

Posting Komentar